Sebagai aksi balas dendam maka kubu X bakal mencari kesalahan kubu Y supaya bisa melaporkan orang dari kubu Y ke polisi juga.
Perilaku seperti ini juga didorong oleh sensitivitas berlebihan atau baper (bawa perasaan) dari netizen dalam menyikapi pelbagai isu.
Baca Juga:
Saat Otak Tak Lagi Fokus: Efek Samping Era Video Pendek
"Tentunya itu tidak bagus bagi kualitas demokrasi karena publik semakin tidak mau menerima pandangan dari sudut yang berbeda, membuat orang jadi makin baper, mengira kritikan sebagai hinaan," kata Wasisto.
Kejadian saling lapor, menurut Wasisto, sering diawali oleh argumentasi dan data yang disinformatif.
Parahnya, orang yang membawa data salah itu merasa dirinya benar.
Baca Juga:
Tak Terima Diputus, Pria di Majalengka Sebar Video Intim dengan Istri Sirinya
Maka untuk mengakhiri ketidaksehatan interaksi ini, kemampuan literasi dalam membaca data dan fakta perlu ditingkatkan.
"Langkah kedua yakni detoks socmed dengan mematikan fitur socmed sementara waktu agar publik tidak semakin terprovokasi," kata dia. [Tio]