Menurut Karding, perubahan tidak bisa serta merta dilakukan karena masyarakat saat ini telah terbiasa menggunakan LPG.
“Dan jangan lupa, masih banyak juga masyarakat di desa-desa yang sama sekali tidak pernah terjangkau kompor LPG. Masih banyak masyarakat yang memasak menggunakan tungku dan kayu, sehingga kalau perubahannya terlalu drastis pastinya akan menimbulkan berbagai kendala,” paparnya.
Baca Juga:
Diajang Adhyaksa Sangihe Expo 2023, PLN Beri Edukasi Kompor Listrik
Tak hanya itu, kompor listrik induksi memerlukan jenis panci dan wajan tertentu yang pastinya akan berpengaruh terhadap cara dan pola memasak masyarakat Indonesia.
Sebab panci dan wajan dari aluminium serta tembaga yang saat ini banyak digunakan masyarakat tidak cocok untuk kompor listrik.
“Lantas apakah paket bantuan nantinya termasuk dengan mengganti seluruh alat memasak masyarakat, yang saya kira memerlukan anggaran tambahan,” ungkap Karding.
Baca Juga:
PLN Fokus Program Uji Coba Kompor Listrik
Komisi energi di DPR ini memahami kebijakan konversi kompor listrik dapat mengurangi beban subsidi Negara yang cukup signifikan. Apalagi, menurut Karding, program konversi kompor listrik diharapkan bisa menjadi solusi masalah kerugian PLN akibat kelebihan pasokan atau oversupply listrik PLN.
“Tapi harus betul-betul diketahui apakah program yang direncanakan sudah sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Timingnya harus tepat,” sebutnya.
Karding pun mendorong perlunya peningkatan kajian terhadap rencana peralihan penggunaan kompor dari gas ke listrik. Tak hanya sekadar kajian ilmiah, tapi juga kajian sosial dan ekonomi.