Dikatakan Ahsin, Saguling POMU berperan penting dalam sistem kelistrikan Jawa Bali. Berkapasitas 700,72 Mega Watt (MW), PLTA Saguling berkontribusi sebesar 2,5 persen dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 MW.
Tiga fungsi utama yang diemban PLTA Saguling POMU antara lain sebagai baseload, stabiliser, serta mengurangi emisi karena menggunakan EBT (energi baru terbarukan).
Baca Juga:
Pergerakan Tanah di Bandung Barat Meluas, Warga Direlokasi
Listrik ramah lingkungan dari PLTA Saguling disalurkan melalui Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET) Saguling dan diinterkonesikan ke jaringan se-Jawa dan Bali melalui Saluran Utama Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kilo Volt (kV).
"Fungsinya selain sebagai tambahan untuk menyuplai listrik di Jawa Bali juga mengamankan Jawa Bali apabila terjadi gangguan listrik," bebernya dikutip dari Kompas.
Saat terjadi kendala listrik, Ahsin memaparkan, PLTA yang memasok kebutuhan Cibinong, Cirata dan Bandung Selatan tersebut akan dialihkan ke jaringan Jawa dan Bali. Selain itu, PLTA Saguling POMU juga berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan load frequency control (LFC).
Baca Juga:
Dalam Sepekan Tiga Bencana Longsor Terjadi di Kabupaten Bandung Barat
"Ketika terjadi gangguan, PLTA Saguling masih dapat dioperasikan sebagai black start sekaligus berperan menjadi pengisian tegangan untuk menopang pembangkit listrik PLTU Suralaya," ucap Ahsin.
PLTA yang terletak di Kabupaten Bandung Barat ini, memiliki total kapasitas terpasang mencapai 844,36 MW, ditopang 7 sub-unit, serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit untuk menjaga keandalan pasok listriknya.
Sub Unit tersebut antara lain Sub Unit PLTA Bengkok dan Dago 3,85 MW (Kabupaten Bandung), Sub Unit PLTA Plengan 6,87 MW (Kabupaten Bandung) dan Sub Unit PLTA Lamajan 19,56 MW (Kabupaten Bandung).