Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI Rico Sia mendorong BRIN untuk bisa menciptakan atau mengikuti perkembangan teknologi, agar bisa memproduksi energi dengan biaya yang lebih murah, serta menyiapkan SDM anak bangsa yang mampu mengoperasikan nuklir.
“Saya menyadari, salah satu kendala yang dihadapi Indonesia adalah keterbatasan SDM yang mumpuni dalam mengelola nuklir ke depan,” ungkap Rico.
Baca Juga:
RI Targetkan 30 PLTN hingga 2060, ALPERKLINAS Soroti Transfer Teknologi dan Kompetensi SDM
Merespon persoalan tersebut, Plt. Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN Yan Riyanto memaparkan, terkait kesiapan BRIN dalam mendukung terwujudnya PLTN di Indonesia, pihaknya membuka peluang bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pendidikannya melalui skema magang di reaktor nuklir BRIN dan menjadi asisten riset.
“BRIN juga akan melakukan modernisasi ketenaganukliran yang ada, tahap satu adalah melengkapi fasilitas laboratotium dan tahap selanjutnya yaitu revitalisasi reaktor,” terang Yan.
Di sisi lain, Plt. Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Agus Sumaryanto menyampaikan kesiapan BRIN dalam mengembangkan riset ketenaganukliran di Indonesia.
Baca Juga:
Tahun 2030 Indonesia Bakal Pakai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, ALPERKLINAS Dukung Menteri ESDM yang Wajibkan Sosialisasi Masif ke Masyarakat
Agus menjelaskan, saat ini BRIN memiliki tiga reaktor nuklir. Pengelolaan limbah nuklir sudah mampu dilakukan.
Fasilitas tersebut ditunjang juga dengan peralatan yang dapat digunakan untuk pengujian bahan bakar PLTN, material, dan lainnya. [Tio]