Dalam menelusuri kaitan antara kepribadian dan kesehatan kognitif, peneliti memeriksa data dari 1.954 orang yang terlibat dalam Rush Memory and Aging Project.
Peserta ialah orang yang lebih tua dan tinggal di wilayah metropolitan Chicago dan Illinois timur laut.
Baca Juga:
Kejati DKI Paparkan Asesmen Penerapan Pedoman Kejaksaan Terkait Penanganan Narkotika
Peserta direkrut dari tahun 1997 dan hingga penelitian saat ini. Tak satu pun dari peserta didiagnosa demensia. Setiap orang peserta menjalani penilaian kognitif setiap tahunnya.
Pemeriksaan data menemukan bahwa mereka yang memiliki skor tinggu pada kesadaran atau rendah dalam neurotisisme, cenderung tidak mengalami gangguan kognitif ringan saat penelitian berlangsung.
Pada peserta dengan nilai skor ekstraversi, lebih mampu mempertahankan fungsi kognitif paling lama.
Baca Juga:
Musik Bisa Meningkatkan Mood, Simak Penjelasan Lengkapnya
Data juga menunjukkan bahwa individu yang lebih rendah dalam neurotisisme dan lebih tinggi ekstraversi, bisa memulihkan gangguan kognitif ringan yang dialami sebelumnya.
Melansir Healthline, Senin, 29 Agustus, Yoneda mengatakan hubungan antara tipe kepribadian dan risiko penurunan kognitif ada karena ciri-ciri kepribadian memengaruhi perilaku kesehatan sepanjang masa hidup mereka.
Misalnya, orang yang lebih tinggi kesadarannya cenderung lebih kecil terlibat dalam perilaku berisiko untuk kesehatannya.