LPKKI.WahanaNews.co | Ketelitian dan terorganisir merupakan ciri-ciri kepribadian yang ditelusuri dalam penelitian dan dikaitkan dengan kesehatan otak.
Peneliti utama dalam penelitian tersebut, Tomiko Yoneda, Ph.D., dari University of Victoria, Kanada bersama rekan dari Northwertern University, dan University of Edinburgh melihat ciri kepribadian spesifik, yaitu kesadaran, neurotisisme, dan extraversion.
Baca Juga:
Kejati DKI Paparkan Asesmen Penerapan Pedoman Kejaksaan Terkait Penanganan Narkotika
Sifat-sifat dalam ketegori kepribadian tersebut, ternyata memengaruhi fungsi kognitif seiring bertambahnya usia.
Orang yang hati-hati, teliti, terorganisir, pekerja keras, memiliki kesehatan otak yang lebih baik.
Orang dengan kepribadian ekstraversi, yang lebih terbuka dan ramah, cenderung hidup bahagia. Dalam penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, orang dengan ciri kepribadian tertentu berkemungkinan mengalami penurunan kognitif.
Baca Juga:
Musik Bisa Meningkatkan Mood, Simak Penjelasan Lengkapnya
Peserta yang mengikuti penelitian ini, yang mendapat skor lebih tinggi pada sifat neurotisisme, cenderung mengalami penurunan kognitif.
Apa itu sifat neurotisisme? Susan T. Charles, Ph.D., profesor Ilmu Psikologi dan llmu Keperawatan di University of California menjelaskan.
Bahwa sifat neurotisisme terkait dengan keraguan diri, depresi, kecemasan, dan kondisi emosional yang labil. Orang dengan sifat ini bisa sangat reaktif terhadap stresor.
Dalam menelusuri kaitan antara kepribadian dan kesehatan kognitif, peneliti memeriksa data dari 1.954 orang yang terlibat dalam Rush Memory and Aging Project.
Peserta ialah orang yang lebih tua dan tinggal di wilayah metropolitan Chicago dan Illinois timur laut.
Peserta direkrut dari tahun 1997 dan hingga penelitian saat ini. Tak satu pun dari peserta didiagnosa demensia. Setiap orang peserta menjalani penilaian kognitif setiap tahunnya.
Pemeriksaan data menemukan bahwa mereka yang memiliki skor tinggu pada kesadaran atau rendah dalam neurotisisme, cenderung tidak mengalami gangguan kognitif ringan saat penelitian berlangsung.
Pada peserta dengan nilai skor ekstraversi, lebih mampu mempertahankan fungsi kognitif paling lama.
Data juga menunjukkan bahwa individu yang lebih rendah dalam neurotisisme dan lebih tinggi ekstraversi, bisa memulihkan gangguan kognitif ringan yang dialami sebelumnya.
Melansir Healthline, Senin, 29 Agustus, Yoneda mengatakan hubungan antara tipe kepribadian dan risiko penurunan kognitif ada karena ciri-ciri kepribadian memengaruhi perilaku kesehatan sepanjang masa hidup mereka.
Misalnya, orang yang lebih tinggi kesadarannya cenderung lebih kecil terlibat dalam perilaku berisiko untuk kesehatannya.
Ciri-ciri kepribadian sebenarnya bukan ukuran yang pasti. Para ahli kesehatan juga meminta untuk tidak menganggap kepribadian sebagai takdir.
Tetapi bisa mengubah sifat-sifat berkaitan dengan kepribadian untuk mempertahankan fungsi kognisi.
“Mengingat hasil saat ini, di samping penelitian ekstensif di bidang kepribadian, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran (misalnya melalui perubahan perilaku yang terus-menerus) adalah salah satu strategi potensial yang mempromosikan penuaan kognitif yang sehat,” kata Yoneda.
Rekomendasi dari penelitian tersebut, atasi keraguan diri dan pikiran yang mengkritisi diri sendiri atau yang membuat Anda merasa sedih serta cemas.
Cobalah tingkatkan kemampuan bersosialisasi, temui orang-orang dan berinteraksilah, pesan Charles. Untuk lebih berkesadaran, ia menyarankan untuk lebih terorganisir, dapat diandalkan, dan patuh. [Tio]