Dalam pengelolaan kopi, dia menjelaskan masih menggunakan kearifan lokal dan dilakukan secara manual. Salah satunya, memasak biji kopi dengan penggorengan tanah.
“Dengan cara ini kami bisa merasakan menikmati kopi bersama teman, dan tamu yang datang,” kata Rindoni.
Baca Juga:
Proyek IKN Disetop Sementara per 10 Agustus, Basuki Beberkan Alasannya
Ke depan, produk biji kopi luwak Desa Prangat Baru diharapkan bisa dipasarkan dengan sistem maju dan modern dengan packaging-nya dibantu PHKT melalui Program Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu).
Apalagi, tempat mereka strategis, berada di pinggir jalan provinsi yang menghubungkan kota-kota di Kalimantan Timur.
“Kami harap masyarakat Kaltim bisa menikmati kopi sambil menikmati alam. Kami kembangkan edukasi Kampung Kopi Luwak,” kata Rindoni.
Baca Juga:
Praja IPDN Sukses Jalankan Latsitardanus ke-XLIV Di Kalimantan Timur
Kepala Desa Prangat Baru, Fitriati, mengatakan kopi yang ditanam oleh Kelompok Kampung Kopi adalah kopi liberika, yaitu jarang dibudidayakan di Indonesia.
Jika kualitasnya bisa dijaga dengan pengemasan yang baik, kopi mempunyai potensi besar dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan petani, sehingga dapat menjual kopi Kapak Prabu ke luar daerah.
“Kopi di wilayah kami punya potensi besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” katanya.