"SuperSUN juga tidak membutuhkan operator dan lahan yang luas, biaya pengoperasiannya dan pemeliharaan juga lebih rendah," papar Zainal.
Pada tahap implementasi purwarupa, hasil uji perangkat prototipe SuperSUN menunjukkan performa yang sangat baik di Kampung Yarweser yang menggunakan kWh meter prabayar daya 900 VA.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Selanjutnya, perangkat tersebut digunakan untuk pemasangan 30 calon pelanggan dengan daya terpasang 900 watt sampai dengan 2.000 watt dan membutuhkan biaya investasi sekitar Rp 370 juta.
Menurut Zainal, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan tabung listrik dan stasiun pengisian energi listrik (SPEL), PLTS Komunal, PLTMH, PLTBayu dan PLTD.
"Implementasi ke depannya akan melibatkan mahasiswa dan anak muda setempat untuk mempelajari pemasangan perangkat micro PLTS dan micro storage untuk 100 kepala keluarga," katanya.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Zainal menambahkan keberadaan SuperSUN terbukti memberikan banyak manfaat dan mendukung program transisi energi yang dijalankan pemerintah demi mencapai net zero emission pada 2060.
PLN bakal menerapkan inovasi SuperSUN di sejumlah wilayah secara masif karena sangat mudah dan cepat diimplementasikan. [Tio]