Lisma menjelaskan, untuk mendukung usaha Fingertalk, bantuan PLN digunakan untuk menghidupkan kembali toko kue yang mati suri. Lisma dan timnya kembali mengundang dan mengajak teman-teman tuli untuk kembali bergabung.
Kali ini, pegawai menerima pelatihan keahlian dan keterampilan mulai dari membuat berbagai macam varian roti dan snack, juga cara berjualan yang baik. Dana bantuan juga digunakan untuk renovasi toko agar lebih representatif dan membuat nyaman konsumen yang berkunjung.
Baca Juga:
Sains dan Teknologi Jadi Mesin Akselerasi Energi Hijau, ALPERKLINAS Puji Langkah Cerdas PLN
Contohnya seperti, Sabtu (23/07/2022) lalu, mereka mulai berjualan untuk pertama kali. Lisma sempat menitikkan air mata melihat gigihnya perjuangan teman-teman tuli menjajakan di depan toko, sambil berusaha “berteriak” untuk menarik perhatian calon pembeli.
Tak disangka olehnya, toko roti dan kue ini mendapat respons baik dari pembeli. Hanya saja, ia juga harus terus-terusan mengingatkan para pekerja untuk tetap tenang.
“Orang difabel sering sangat minim rasa percaya diri, karena tidak banyak bergaul secara luas. Jadi ketika banyak pembeli datang, mereka panik sehingga tampak tidak tenang,” ujar Lisma.
Baca Juga:
Menyabut Hari Kemerdekaan PLN Berikan Discon 50% ! Simak Info Lengkapnya
Lisma pun tak lelah memberikan motivasi. Acap kali, dirinya berkali-kali menggerakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri sebagai bahasa isyarat “pelan-pelan” agar mereka tetap tenang.
“Setelah beberapa hari akhirnya membaik, semoga dengan pembiasaan dapat semakin prima dalam melayani,” ungkapnya.
Fingertalk merupakan komunitas difabel yang memiliki tujuan untuk menyediakan lapangan pekerjaan untuk mereka yang berkebutuhan khusus, terutama kelompok tuli.