LPKKI.id | Pemerintah sedang menargetkan penggunaan electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik pada tahun 2060. Maka dari itu, peningkatan permintaan global terhadap EV juga akan meningkatkan permintaan nikel.
Adapun permintaan nikel primer global diperkirakan sekitar 2.250 kt nikel. Sektor baterai diperkirakan akan menjadi penentu paling signifikan dari pertumbuhan permintaan nikel pada masa mendatang.
Baca Juga:
Luhut Bongkar Strategi Penting Pemerintah Hadapi Pandemi di Hadapan Kabinet Merah Putih
"Permintaan baterai meningkat seiring dengan pertumbuhan permintaan EV. Pada 2027 pasar baterai dunia akan mencapai 777 GWh. Sedangkan di Indonesia diperkirakan kebutuhan kapasitas baterai mencapai 9,8-11,9 GWh pada 2029-2030," jelas Menko Luhut pada keterangan tertulisnya, Rabu (17/11/2021).
Pada 15 September 2021 lalu, Presiden Joko Widodo telah meresmikan peletakan batu pertama pembangunan pabrik baterai mobil listrik PT HKML Battery di Karawang. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi tahap 1 sebanyak 1-GWh yang dapat memproduksi sekitar 150.000 buah baterai. Komponen baterai berasal dari NCMA (nikel, kobalt, mangan, dan alumunium) yang merupakan 90 persen dari nikel.
Menko Luhut menyampaikan bahwa Indonesia berpotensi menjadi global supply chain hub untuk EV karena memiliki potensi mineral yang besar. Nikel, bauksit, dan tembaga adalah mineral kunci untuk pengembangan EV di Indonesia.
Baca Juga:
Penasaran? Simak, Ini Tugas Dewan Ekonomi Nasional yang Dipimpin Luhut
“Perlu investasi yang komprehensif untuk ekosistem EV di Indonesia. Ekosistem EV sangat kompleks dan besar, terdiri dari ekosistem-ekosistem, seperti bahan baku, manufaktur, penyediaan infrastruktur charging, dan sebagainya,” jelas Menko Luhut.
Pabrik sel baterai kedaraan listrik di Indonesia berkapasitas 10 GWh dengan total nilai investasi sebesar USD1,1 miliar. Angka itu setara dengan Rp15,9 triliun (kurs Rp14.500 per USD). Pembangunan pabrik ini hanya bagian dari total proyek konsorsium senilai USD9,8 miliar.
Menko Luhut juga menyampaikan bahwa, dalam beberapa waktu ke depan dia akan mengunjungi Morowali untuk melihat proses daur ulang baterai disana.
Diketahui bahwa kapasitas daur ulang di Morowali pada fase 1, yaitu 20.000 ton/tahun dan fase 2 sebesar 40.000 ton/tahun. Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) ini memiliki luas sekitar 141.700 m2 dengan total investasi sebesar USD91 juta.
Indonesia perlu investasi yang massif untuk pembangunan infrastruktur pengisian ulang baterai. Ditargetkan untuk pembangunan SPKLI pada 2030 mencapai 31.859 unit dan SPBKLU sebanyak 67.000 unit.
“Kekhawatiran kalian soal infrastructure charging ini sudah kami rencanakan, jadi jangan khawatir,” tambahnya. [Tio]