LPKKI.id | Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB ke-26 di Glasgow, Skotlandia, pelaku usaha memaparkan sejumlah upaya aktif yang dilakukan dalam membantu mengurangi emisi karbon dan mencegah perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.
Paparan tersebut disampaikan dalam sesi panel diskusi di Paviliun Indonesia, di sela KTT di Glasgow, yang bertajuk Business Leadership: Supporting Ambitious Target Achievement on Greenhouse Gas (GHG) Emmision Reduction, Selasa (4/11/2021) malam waktu setempat.
Baca Juga:
Penjualan Anjlok, Pizza Hut Indonesia Tutup 20 Gerai dan Pangkas 371 Karyawan
Panel dihadiri oleh sejumlah korporasi seperti Pertamina, PLN, hingga APRIL Group.
Sebagai salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di Indonesia, APRIL Group turut aktif mendukung pengurangan emisi karbon dengan mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan dalam kegiatan operasionalnya.
Selain memaksimalkan penggunaan biomassa, APRIL juga tengah membangun instalasi panel Surya berkapasitas 20 megawatt yang rencananya akan selesai seluruhnya pada 2025.
Baca Juga:
Jokowi Dijadwalkan Kampanye di Bali untuk De Gadjah Hari Ini, 22 November
“Saat ini instalasi panel Surya dalam proses pemasangan dan ketika selesai pada 2025, ini akan menjadi instalasi panel surya yang digerakkan oleh perusahaan swasta terbesar di Indonesia. Kami berharap upaya ini dapat berkontribusi terhadap target NDC [Nationally Determined Contribution] negara untuk pengurangan emisi gas rumah kaca,” kata Basrie Kamba, Direktur Asia Pacific Rayon (APR) yang mewakili APRIL Group dalam sesi tersebut.
Sebagai informasi, APR merupakan produsen serat rayon berkelanjutan yang bahan bakunya dipasok dari pulp yang diproduksi oleh APRIL Group.
Kedua perusahaan ini merupakan afiliasi bisnis yang berada di bawah Grup bisnis Royal Golden Eagle (RGE), yang mengelola sekelompok unit usaha di bidang sumber daya alam dan manufaktur.
Pengoptimalan energi terbarukan sendiri sejalan dengan komitmen APRIL2030, yakni visi yang diluncurkan perusahaan pada akhir tahun lalu yang berisi serangkaian target terukur memberikan dampak pada iklim, masyarakat dan alam dalam satu dekade mendatang.
Salah satu pilar dalam APRIL 2030 yang ingin dicapai dengan upaya pengurangan emisi ini adalah Iklim Positif, dengan target berupa mengurangi intensitas emisi karbon produk sebesar 25% dan mencapai net zero emission dari penggunaan lahan dalam 10 tahun ke depan.
Adapun instalasi pembangunan panel surya tersebut tidak hanya dipasang di daerah operasional saja melainkan juga tempat pembuangan akhir produksi (landfill).
Langkah inovatif ini merupakan terobosan yang dilakukan korporasi di Indonesa dan didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Kami memperkirakan ketika dipasang sepenuhnya, ini akan menyediakan kebutuhan enegeri tidak hanya untuk operasional kami melainkan juga untuk kompleks perumahan, kantor, pembibitan, dan komunitas,” ujarnya.
Penggunaan solar panel ini pun secara otomatis akan mengurangi ketergantungan industri terhadap sumber energi fosil yang bersifat tidak dapat diperbaharui.
Secara matematis, penggunaan solar panel itu mampu mengurangi konsumsi batu bara sebanyak 400 kg per MW per jam dan juga 997 kg karbon dioksida per MW per jam serta 30 kg sulfur diokside per ME per jam.
Sebagai informasi, di akhir 2020, APRIL Grup telah mengutilisasi 80,2 persen energi yang dapat diperbaharui untuk mendukung operasional perusahaan dengan target sekitar 90 persen pada 2030.
Pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) ke-26 di Glasgow Skotlandia (1-12 November), fokus utama para pemimpin negara, ilmuwan, dan petinggi bisnis adalah bagaimana pemangku kepentingan dapat berkolaborasi untuk mendanai dan mengimplementasikan target pengurangan emisi dalam mengatasi perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. [mud]