Setelah lulus, dia bertugas di satuan Batalion Zeni Tempur 1 Daerah Militer II/Bukit Barisan, Medan.
Kepiawaian menguasai bahasa asing membuat Pierre kerap kali menjadi penerjemah ketika ada kunjungan tamu-tamu asing. Pierre diketahui menguasai bahasa Inggris, Perancis, Belanda, dan Jerman.
Baca Juga:
Perjalanan Vonis Ferdy Sambo dari Hukuman Mati Jadi Penjara Seumur Hidup
Kepiawaian itu pula yang membawa dia menempuh pendidikan intelejen TNI AD di Bogor, Jawa Barat hingga kemudian mampu melakukan tugas-tugas intelejen di negara-negara lain.
Berkat keberanian dan integritasnya, pada Maret 1964, dia bahkan sempat dipercaya sebagai Komandan Basis Y di Pasir Panjang, Karimun.
Ketika itu, memang tengah disiapkan pasukan untuk misi pengintaian sekaligus sabotase menyusup ke Malaysia melalui Johor dalam Operasi Dwikora. Pierre Tendean waktu itu memimpin tim kedua yang akan diberangkatkan ke Malaysia.
Baca Juga:
Seluruh Tergugat Tak Hadir, Sidang Gugatan Rp 7,5 M Keluarga Brigadir J Ditunda
Pada April 1965, Pierre naik pangkat menjadi Letnan Satu dan terpilih sebagai ajudan Jenderal AH Nasution.
Kamis malam, 30 September 1965, sejumlah Pasukan Cakrabirawa mengepung kediaman Jenderal Nasution di Jalan Teuku Umar Nomor 41, Menteng, Jakarta Pusat.
Mereka melumpuhkan penjaga. Beberapa orang pasukan masuk ke dalam rumah.