Mengapa ada banyak sampah elektronik?
Saat ini, kita memiliki pendekatan linier soal manufaktur, kepemilikan, dan pembuangan.
Baca Juga:
Toshiba Dilaporkan Bangkrut, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?
Saat sebuah perusahaan membuat produk, kita membelinya, lalu kita sendiri yang bertanggung jawab penuh atas produk itu.
Sehingga, setelah sudah tidak dipakai, membuangnya menjadi tanggung jawab masing-masing konsumen.
Seharusnya, produk tersebut didaur ulang, tetapi yang terjadi malah dibuang ke tempat sampah.
Baca Juga:
13 Kabupaten/Kota Terapkan Sertifikat Elektronik, Salah Satunya Lampung
Siklus ini memberikan tekanan pada sumber daya Bumi yang terbatas, pada dasarnya tidak berkelanjutan, menurut Lisa McLean, kepala eksekutif kelompok riset dan advokasi nirlaba NSW Circular.
Sebaliknya, kita harus beralih ke ekonomi sirkular, katanya.
Di bawah model sirkular, produsen masih bertanggung jawab atas penanganan akhir masa pakai untuk produk yang mereka ciptakan.