LPKKI.id | Jumlah sampah elektronik secara global meningkat lagi tahun ini.
Sayangnya, sebagian besar tidak mungkin didaur ulang.
Baca Juga:
Toshiba Dilaporkan Bangkrut, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?
Salah satu alasannya adalah karena pandemi Covid-19 yang membuat peningkatan ketergantungan pada teknologi untuk kerja atau hiburan di rumah.
Jumlah e-waste yang dibuang diperkirakan mencapai 57,4 juta ton pada 2021, menurut Waste Electrical and Electronic Equipment (WEEE) Forum.
Artinya, ada tambahan 2 juta ton dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga:
13 Kabupaten/Kota Terapkan Sertifikat Elektronik, Salah Satunya Lampung
Kalau dibayangkan, maka beratnya kira-kira hampir sama dengan bobot Tembok Besar China, menurut WEEE, meski perkiraan berat Tembok Besar China bervariasi.
Sampah elektronik memiliki beragam kandungan, mulai dari emas dan perak, yang jumlahnya sedikit, hingga kaca dan elemen jarang lainnya.
Tapi, hanya sekitar 17,4 persen yang bisa didaur ulang secara efektif, menurut angka pada 2019.